Jangan lepas bersyukur dan berhusnudhon ke Pengeran
ketika kecewa, banyak masalah, biasa ae, yo
iku jenenge donyo, dinikmati.
dianggep kafaroh. mungkin selama ini,aku
pernah lalai ng Pengeran, mending
kafaroh'e ng dunyo timbang ng akhirat.
seindah apapun mawar tetap berduri, sejelek
apaun kotoran ttp bermanfaat
ketika bantu teman lewat uang misal: berarti
itu rezeki dia melalui perantaranya saya.
dalam tasawuf: ketika susah, jangan terlalu,
nanti akan senang lagi.
Ketika galau aku berpikir keras, tak syukuri,
alhamdulillah akal bermanfaat.
ajaran Rosul ketika galau prihal uang: coba
lihat sekeliling kamu.
syiir imam syafi i: iqtaroba: merantau.
kenapa Tuhan mebcipakan org2 buta dll?
karena itu bentuk keadilan Tuhan.
mereka dijadikan contoh oleh Tuhan?
andaikan Tuhan berbicara bagaimana nasib orang
buta?
covid lebih banyak baca buku, belajar tasawuf
menemukan pola ilmu pngetahuan.
tamparan dalam kitab al hikam: kita selalu
menuntut orang lain untuk berbuat sesuai apa yg kita inginkan, padahal kita
sendiri belum tentu mampu.
membantu? harusnya kita bersyukur, dari
milyaran orang di dunia, kita yang terpilih untuk membantu dia.
tapi penerapan seperti ini tidak bisa
dilakukan di semua sisi. misal dalam organisasi ada pembagian tupoksi. ini
penerapan dalam hal sosial.
aku berkumpul dalam banyak perkumpulan.di
berbagai tempat pasti beda identitas. sebegaimana dikenal sebagai pemikir
keras, di perkumpulan yang lain dikenal dagel, mabar jago valir. aku
menyesuaikan diri saja.
gak malu? dnak. justru itu sebagai kafaroh
juga bagi aku. artinya: ketika sudah biasa membahas yg berat-bera, kemudian
kita enggan berkumpul dg org "cok, cak, cok" dhauqus salimnya kurang.
jangan-jangan kita merasa sombong di sana. justru tawadlu' dan ujub itu diuji
saat itu. kalau kumpul dengan yg suka diskusi, ujub itu ndak ada.
dalam muqoddimah ibnu khalqul: seseorang yg
memiliki kebijaksanaa, dhauqus salim akan dianggap dauqus salim ketika ada yg menjelaskan
pengetahuan kita memilih diam meski kita lebih faham. dan itu termasuk adab juga.
jangan sampai kita disuruh diam karena banyak
ngomong, dan disuruh ngomong karena banyak diam?
ojo ngomong tok dan meneng tok (wedine kitman)
nasoihul ibad:
orang pintar menyesatkan lebih banyak
yai zuhri: kamu kalau boyong dan blm bisa
neima pendapat org lain, monggo balik lagi ke pondok, belajar lagi.
0 Komentar