Merupakan kesempatan pertama bagi saya
menyaksikan secara langsung Ritual Adat Barong Ider Bumi Kemiren, di desa yang
dulu banyak tumbuh Kemiri dan Durian, Desa Kemiren, Kecamatan Glagah, Kabupaten
Banyuwangi pada Kamis (11/4/24). Menurut beberapa literatur, Barong Ider Bumi
ini selalu dilaksanakan pada tanggal 2 Syawal pada pukul 2 siang setiap
tahunnya.
Berawal dari ajakan seorang kawan sekaligus
guru, dua hari sebelum pelaksanaan "BIB", saya kemudian mencari
beberapa tulisan dan video yang membahas mengenai "BIB." Dari
beberapa sumber itu saya berpijak untuk kemudian datang secara lansung
menyaksikan.
Beberapa jam sebelum ritual dimulai, terpantau
dalam cerita Instagram milik desa Kemiren pemberitahuan mengenai penutupan
jalan mulai pukul 13:00-17:00. Sayapun bergegas berangkat setelah berpamitan
meninggalkan barisan "ngelencer" pada orang tua.
Sampai di Kemiren terlihat ramai sepeda dan
mobil berada di sekitar jalan sehabis Gapura Desa Adat Osing Kemiren. Kami
bertemu, lalu menunggu dimulainya Ritual di sebuah kedai bernama "Warung
Kopi Suku Osing" yang berada di kiri jalan setelah Gapura. Meski jam masih
menunjukkan pukul 13:00, namun suara musik terutama Bonang sudah terdengar di
telinga, jalanpun menunggu untuk ditutup.
Pukul 14:00, acara siap dimulai, terlihat
semakin padat pengunjung berdatangan. Beberapa turis sedang berjalan menuju
titik Ritual. Masyarakat lokal, pengunjung, serta kru Barong dan Kuntulan melebur menjadi satu
dengan berbagai kostum dikenakan, mulai pakaian adat, pakaian agamis, pakaian
khas Barat dan sebagainya.
Acara dimulai di titik yang satu, sebelah
barat Musholla di depan Rumah Adat Osing, . Panggung kecil tak terlalu tinggi
diatasnya duduk 9 orang pemusik berbaju unggu dengan semacam sarung warna hijau
dan semacam blangkon yang tidak menutup kepala bagian atas. Selain 9 penabuh yang
semuanya laki-laki ada lagi seorang perempuan sebagai "sinden" dengan
berbaju hitam. Di depan pentas jalan dibalut dengan karpet sekitar puluhan
meter, tepat di sebrang jalan beberapa kursi dan meja berjejer tempat tamu
berada.
Acara dimulai, dengan santunan beberapa anak
Yatim Piatu. Iringan musik mengiringi Shalawat yang dilantunkan. "Barong
adalah gambaran akan nafsu buruk manusia yang harus selalu dikontrol. Mulutnya yang selalu terbuka adalah tanda
keserakahan. Namun, mahkota diatasnya menunjukkan seburuk apapun manusia masih
memiliki hati nurani yang luhur." Menurut penyampaian pembawa acara, sudah
dilakukan tadi "Nyekar" ke Petilasan Buyut Cili oleh Barong.
Setelah itu, lima perempuan remaja keluar
untuk menunjukkan Tari Penyambutan. Kelimanya terlihat selalu menjaga senyum
dengan warna bibir coklat tuanya. Saya yang belum terlalu hafal dengan musik
daerah sedikit sadar bahwa iringan musik yang mengiringi para penari bergantian
dari musik khas Banyuwangi, Bali, dan Musik Kuntulan.
Kemudian acara ceremonial pembukaan yang
terdiri dari pembacaan Do'a, sambutan Kades, Sambutan Perwakilan Bupati (PLT
Kepala DISPARBUD), lalu dimulainya acara dengan simbol penarikan Kupat dengan
teriakan Shalawat. Selain beberapa kru Barong dan Kultulan yang ada sekitar 5
group, juga terlihat Gandrung, Pitek, kuda-kudaan Barong Putih, Jaranan, beberapa
kuda yang ditarik yang dinaiki oleh tamu undangan.
Rute "BIB" dari Kemiren timur menuju
Kemiren barat yang kemudian kembali lagi ke Kemiren timur dengan jarak sekitar
2 km. Di tengah perjalanan para tokoh adat menaburkan koin yang dicampur beras
kuning dan bermacam bunga dari dalam Bokor, hal ini disebut tradisi Sembur Uthik-uthik,
Jumlah koin yang disebar sekitar Rp. 999 koin.
Setelah semua kembali ke tempat pemberangkatan, acara selanjunya ialah "Slametan" Pecel Pitik yang merupakan makanan khas Banyuwangi. Pengunjung yang hadir duduk berhadap-hadapan di jalan depan pentas, kemudian dipanjatkan Do'a oleh tokoh Adat lalu memulai menyantap Pecel Pitik yang sudah tersedia di depan secara bersama-sama. Pecel Pitik memiliki banyak makna, salah satunya ialah "Ngucel-ngucel barang hang apik," yang dalam bahasa Indonesia "Menyibukkan diri dengan perkara yang baik."
0 Komentar