Ogoh-ogoh, Hari Raya Nyepi, Sukoreno, Umbulsari, Jember



Sukoreno (Ahad, 10/03/24).

Ogoh-ogoh, Hari Raya Nyepi

Sepeda parkir di sebelum kantor Balai Desa.
Jalan ke pura PHDI (ada yg bilang Krisna)
Aku ngojek ke orang yg sama-sama beli di warung. Tak bayar uang 10k dan susu.

Setelah menunggu Sidang Isbath baru dimulai. Awalnya mau dijalankan siang (jam 10/14). Ada beberapa orang di desa Gunung Sari yang tidak mau bila dijalankan siang hari (panas).

Acara musik
Do'a dari ..... (Kyai), om swastiastu... (Panjang)
Sambutan Polsek (baca Assalamualaikum)
Sambutan Camat dan pelepasan : diinisiasi oleh kades pada 2008, mari kita rawat.

Kemudian Ogoh -ogoh pertama menari dan berjalan. Sebuah patung berwarna krem dengan pakaian bak jubah digoyang-goyangkan. Dipikul beberapa orang. Ada yang full remaja, full berumur, full anak-anak, dan campuran komposisi pemiliknya. Ogoh-ogoh awal ini diiringi oleh pemusik yang komposisinya campuran antara tua dan remaja.

Meskipun perayaan warga Hindu, namun jajaran keamanan mayoritas Muslim. Bahkan, ada juga para pemikul yang juga Muslim.

Sebelum berangkat, para pemikul sudah melakukan budaya minum-minuman beralkohol. Ada salah satu sumber mengatakan "saya Muslim, dulu juga ikut memikul, tapi sekarang tidak. Bukan karena membedakan bedakkan. Tapi, capek mas."

Besoknya hari raya Nyepi. Budayanya hampir sama dengan hari raya Idul Fitri, saling ber silaturahmi. Saat Nyepi, penganut agama lain saling menghormati warga hinduy. Namun, Towa masjid tetap berfungsi seperti biasa. Saat Tadarus Ramadhanpun maksimal Towa non aktif pada pukul 00:00. Tidak seperti sebagian daerah yang mengharuskan jam 22:00 Toa masjid eksternal sudah non aktif.

Ada 4 ogoh² dari Pura start. Kabarnya ada 2 lagi di pura Timur.
Satu Ogoh-ogoh bawa beberapa anak kecil, TK dan SD.
Pemusik ada yang tua dan ada yang masih remaja.

Beberapa truk sound terlihat mengikuti Ogoh-ogoh.


----------
Wawancara dengan pak Kades.

Dulu sebelum saya menjabat sebenarnya sudah ada budaya Ogoh-ogoh, namun sangat sederhana, tidak semewah dan sepanjang ini rutenya. Setelah saya jadi saya berinisiatif untuk memberikan ruang lebih pada kaum minoritas agar menjalankan apa yang dipercaya, karena semua berhak mendapatkan rasa aman dari negara untuk menjalankan keyakinannya. Tujuannya adalah agar bisa guyup rukun dan sesuai dengan pemerintahan Desa.

Desa membantu menyelenggarakan, salah satunya dengan keamanan yang disiapkan.

Tidak ada gesekan antar agama. Meskipun ada tidak berdampak besar.

Disini mayoritas Islamnya NU, sebagian Muhammadiyah, tapi sangat sedikit. Aliran keras tidak ada, meski ada mungkin tidak berani muncul.

Disini ada tiga agama, Islam, Hindu, kristen, dan aliran kepercayaan Sapto Dharmo.

Acara sekarang ini sederhana, tidak mengundang Bupati. Biasanya mengundang dan datang. (Sumber lain, tahun kemarin Wakil Bupati datang dan memberikan sambutan)

Saya sudah tiga periode. Benar tentang kabar akan ada penambahan periode Kades. Dari DPR sudah diketok tgl 5 Februari kemarin, kemungkinan Maret akan keluar peraturannya.

Umur saya sekarang 68 tahun. Saya pendatang dari tahun 1980-an. Saya berasal dari keluarga miskin. Untuk bisnis sampai sekarang saya masih jualan sapi.

Saya tidak dikawal, jalan sendiri, ya memang sudah biasa begini.

Cara untuk diterima masyarakat ya salah satunya tegur sapa. Kalau ada masalah saya selalu turun sendiri ke bawah. Saya aktif di NU dan Takmir masjid sudah sekitar 22 tahun.

Untuk pengganti belum ada. Harapannya adalah keluarga, namun belum nemu.



________


Ada keluarga yang ayahnya Islam ibunya Hindu, anaknya belum pasti.

Banyak juga Muslim yang sekolah di Sekolah Dasar Kristen (SDK), kenapa? Salah satu alasannya adalah ada bantuan dari Pastur.

Di SDKpun ada guru yang Muslim. Setiap Jum'at juga ada pelajaran agama Islam.

Ogoh-ogoh kali ini tidak terlalu ramai seperti biasanya. Pernah dulu sebelum Covid orang-orang Hindia datang. Biasanya Kereta Krisna juga keluar, tapi kali ini tidak keluar.
Salah satu penyebab sepinya pengunjung adalah info mengenai teknis pelaksanaan Ogoh-ogoh yang belum final karena masih menunggu sidang Isbath penentuan jatuhnya bulan Romadhon dari Pemerintah. Jika jatuh pada hari Senin, maka Ogoh-ogoh tidak berkeliling. Namun, jika jatuh hari Selasa, maka tetap dilaksanakan keliling. Hal itu terjadi karena untuk menghormati masyarakat Muslim yang melaksanakan Shalat Tarawih di malam pertama Ramadhan. Semua itu telah dimusyawarahkan sebelumnya.


Rute perjalanan adalah dari Pura PHDI (gang 2) ke Pura Krisna, kemudian menuju jalan raya sampai gang 6 lalu menuju Pura PHDI lagi.

Biasanya jam 11 sudah sampai di Pura PHDI, titik berangkat. Kemudian dilakukan pembakaran Ogoh-ogoh.

Posting Komentar

0 Komentar