Menjelang Shalat Jum'at, 8 Desember, 2023, Laok Sabeh, Ajung (Ndalem)

 

·       Jangan lepas dari bersyukur dan berprasangka baik pada Tuhan

·       Ketika kecewa, banyak masalah, biasah ae!, yo iku jenenge donyo, dinikmati, anggep ae kafaroh (penghapus dosa). Mungkin selama ini kita pernah lalai pada perintah Tuhan. Mending  kafaroh'e ng dunyo timbang ng akhirat.

·       Seindah apapun mawar tetap berduri, sejelek apapun kotoran tetap bermanfaat. Semua ada baik buruknya.

·       ketika teman meminta bantuan, pinjam uang misalnya. Artinya Tuhan ingin memberikannya rezeki lewat perantara kita. Bersyukur, dari 8 Miliar penduduk bumi, kita yang dipilih Tuhan menjadi perantaraNya.

·       Dalam ilmu Tasawuf diterangkan, ketika susah jangan terlalu, nanti juga akan senang lagi. Begitupun ketika senang, jangan terlalu, nanti akan susah lagi.

·       Ketika galau, ditimpa masalah, diterjang musibah lalu kita dituntut berpikir keras, syukuri saja. Artinya akal yang Tuhan berikan nyatanya bermanfaat.

·       Ajaran Rosul ketika galau, sempit perihal ekonomi, coba lihat sekelilingmu, lihat orang yang lebih susah darimu.

·       Syi'ir Imam Syafi'i  

مَا فيِ المُقَامِ لِذِيْ عَقْلٍ وَذِيْ أَدَبٍ  #مِنْ رَاحَةٍ فَدَعِ الأَوْطَانَ وَاغْتَرِب

"Tidak ada tempat bagi orang yang berakal dan beradab untuk beristirahat, tinggalkanlah tanah kelahiran dan mengasingkandirilah."

وَالأُسْدُ لَوْلاَ فِرَاقُ الغَابِ مَاافْتَرَسَتْ # وَالسَهْمُ لَوْلاَ فِرَاقُ القَوْسِ لَمْ يُصِبِ

"Dan singa jika ia tidak keluar dari belantaranya maka tak akan dapat menerkam mangsa, anak panahpun jika tidak keluar dari busurnya maka tak akan mencapai sasaran tembak."

https://bincangsyariah.com/kolom/keutamaan-merantau-dalam-syair-imam-as-syafii/

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

kenapa Tuhan mencipakan orang-orang buta dll?

karena itu bentuk keadilan Tuhan, mereka dijadikan contoh oleh Tuhan.

andaikan Tuhan berbicara bagaimana nasib orang buta?

Saat Covid lebih banyak baca buku, belajar Tasawwuf, menemukan pola ilmu pengetahuan.

tamparan dalam kitab al Hikam: kita selalu menuntut orang lain untuk berbuat sesuai apa yg kita inginkan, padahal kita sendiri belum tentu mampu.

membantu? harusnya kita bersyukur, dari milyaran orang di dunia, kita yang terpilih untuk membantu dia.

tapi penerapan seperti ini tidak bisa dilakukan di semua sisi, misal dalam organisasi ada pembagian tupoksi hal tadi penerapannya dalam hal sosial.

Alhamdulillah, aku dipilih untuk bertemu dengan iqbal, fauzi, adib, zaki, alif, Gus Aba, dll.

aku berkumpul dalam banyak perkumpulan.di berbagai tempat pasti beda identitas. sebagaimana dikenal sebagai pemikir keras, di perkumpulan yang lain dikenal dagel, mabar jago valir. aku menyesuaikan diri saja.

gak malu? ndak. justru itu sebagai kafaroh juga bagi aku. artinya: ketika sudah biasa membahas yg berat-berat, kemudian kita enggan berkumpul dg org "cok, cak, cok" dhauqus salimnya kurang. jangan-jangan kita merasa sombong di sana. justru tawadlu' dan ujub itu diuji saat itu. kalau kumpul dengan yg suka diskusi, ujub itu ndak ada.

dalam Muqoddimah ibnu Khaldun: seseorang yg memiliki kebijaksanaa, dhauqus salim (dalam ranah jalanan, tidak sekolah, jauh dari pendidikan) akan dianggap dauqus salim ketika ada yg menjelaskan pengetahuan kita memilih diam meski lebih faham. dan itu termasuk adab juga.

jangan sampai kita disuruh diam karena banyak ngomong, dan disuruh ngomong karena banyak diam?

ojo ngomong tok dan meneng tok (wedine kitman)

nasoihul ibad:

orang pintar menyesatkan lebih banyak

yai zuhri: kamu kalau boyong dan blm bisa neima pendapat org lain, monggo balik lagi ke pondok, belajar lagi.

(obrolan dengan Hamdan F)

Posting Komentar

0 Komentar